Pelajari Pentingnya Mangrove Dapat Mengantisipasi Pemanasan Global
Foto(Yanti): Mahasiswa Modnus Unsri
Lentera-PENDIDIKAN.com,BANYUASIN-Sebanyak 25 mahasiswa Modul Nusantara melakukan kunjungan ke Ecoeduwisata Sungsang IV, Banyuasin II. Mereka mendengarkan penjelasan dan berdiskusi arti penting dari mangrove dan melakukan penanaman mangrove di lahan rawa bakau Sungsang IV, Sabtu (24/2/2024).
Ecoeduwisata Sungsang IV dibawah tata kelola CIFOR-ICRAF merupakan usaha pengembangan dan implementasi restorasi mangrove berbasis ekologi dan komunitas lokal. Mahasiswa Modul Nusantara dari berbagai daerah dan perguruan tinggi di Nusantara ini diajak melakukan refleksi dalam melestarikan mangrove yang sudah ada sejak masa Sriwijaya untuk masa depan sebagai paru-paru dunia dan kekayaan Nusantara.
Setelah mahasiswa Modul Nusantara melakukan renungan, mereka diajak keliling taman ekoeduwisata mangrove. Mahasiswa diperkenalkan berbagai jenis mangrove yang menjadi vegetasi di Pantai Timur Sumatera. Sekaligus diperlihatkan teknik budidaya dan inkubasi mangrove yang dilakukan di taman ecoeduwisata Sungsang IV.
“Kita baru mengetahui dengan jelas. Betapa pentingnya mangrove bagi kehidupan. Tidak saja menahan abrasi arus air laut. Namun mangrove juga paru-paru dunia. Karena mangrove penyerap gas karbondioksida yang dihasilkan dari pemanasan global. Sekaligus mangrove juga menghasilkan oksigen yang membuat udara disekeliling kita menjadi segar. Bayangkan jika mangrove tiada, maka tak ada lagi yang dapat menghasilkan oksigen untuk kita bernafas. Saya sangat terilhami dari kunjungan ini”, ujar Erwin Arfah, peserta modnus dari Universitas Muhammadiyah Makassar.
Doris Saputra salah satu penggiat restorasi mangrove sekaligus narasumber kegiatan, mengingatkan kepada mahasiswa peserta modnus akan arti pentingnya usaha konservasi mangrove. "Keberadaan mangrove menjadi perhatian dunia industri di Barat. Mereka membayar setiap batang mangrove yang ditanam di Indonesia. Sebagai bentuk social responsibility lingkungan dari dampak asap yang ditimbulkan perusahaannya. Oleh karena itu, restorasi dengan menanam mangrove menjadi penting dilakukan," katanya.
Namun penilaian sedikit berbeda disampaikan oleh salah satu peserta mahasiswa dari Universitas Halu Oleo Kendari.
“Saya pikir sama dengan Ekoeduwisata Sungsang IV. Di Sulawesi Tenggara juga kaya akan kawasan konservasi mangrove, seperti Tanjung Amolengo, Bungkutoko, Tanjung Tiram yang langsung menghadap laut. Namun sedikit berbeda, edu-ecowisata mangrove Tanjung Tiram dijadikan lahan studi langsung oleh mahasiswa dari Universitas Halu Oleo. Kita di Jurusan Biologi FMIPA menjadikan Tanjung Tiram sebagai ladang berbagai kajian mahasiswa baik indentifikasi, pengamatan pertumbuhan, budidaya, ekologi kuantitatif, dan sebagainya. Bahkan ketika kami menanam setiap batang mangrove di Tanjung Tiram, pohonnya dinamakan dengan nama penanamnya. Saran saya hendaknya ecoeduwisata Sungsang IV juga melakukan hal yang sama. Bekerja sama intens untuk mendatangkan mahasiswa Unsri ke sini," beber Bella Feronika.
Pada akhir kegiatan selain berdiskusi tentang fungsi dan makna keberadaan mangrove dari masa Sriwijaya hingga sekarang sebagai bahan telaah.
Mahasiswa Modul Nusantara Universitas Sriwijaya dari kelompok Jejak Sriwijaya bersama Dr. Agustina Bidarti dengan riang dan gembira ikut menanam mangrove di ekoeduwisata Sungsang IV, Banyuasin II. Penanaman mangrove ini sekaligus sebagai jejak mereka selama berada di Palembang.
Penulis : Yanti Effendi,S.Kom Editor : Muhammad Uzair