Foto(Reza):Masyarakat Muaraenim dan sekitarnya berbondong-bondong mengunjungi wisata Lubuk Putih, Desa Sleman, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muaraenim.
Lentera-PENDIDIKAN.com,MUARAENIM-Wisata Lubuk Putih, mungkin masing asing didengar oleh telinga masyarakat awam, maklum saja, tempat wisata alam yang terletak di Desa Sleman, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muaraenim, ProvinsI Sumsel, baru viral sekitar sebulan yang lalu.
Untuk menuju ke lokasi wisata Lubuk Putih yang berada di aliran Sungai Enim ini, jika dari kota Muaraenim berjarak sekitar 29 km atau ditempuh sekitar 45 menit. Menuju kesana bisa menggunkan kendaraan roda empat dan dua, banyak Angdes yang melintasi lokasi wisata tersebut. Namun untuk menuju kelokasi, dari jalan Lintas Sumatera tepatnya disimpang SDN 22 Tanjung Agung, harus menaiki ojek yang kadang-kadang mangkal dengan jarak sekitar 2 km dan langsung ke Wisata Lubuk Putih. Untuk yang membawa kendaraan, membayar parkir mobil Rp 10 ribu dan motor Rp 5 ribu. Wisata Lubuk Putih tersebut untuk sementara dikelola oleh masyarakat Desa Sleman yakni Karang Taruna Desa Sleman.
Dilokasi wisata Lubuk Putih, untuk fasilitas masih terbatas, namun pengelolah telah berusaha maksimal sesuai kemampuannya, seperti menyediakan tempat parkir, tempat duduk wisatawan, tempat Selfi, perahu, dan ban untuk disungai.
"Kalau naik perahu dan olahraga Tubing dari ban mobik cukup bayar Rp 5 ribu perjam," kata pengelola wisata Lubuk Putih Mukhtamiri SAP, Minggu (29/9/2019).
Menurut Tam panggilan akrabnya, dinamai Lubuk Putih, karena tempat tersebut dahulu adalah Lubuk (dalam) dan diatasnya ada tebing tinggi dan terjal berwarna Putih, sehingga akhirnya disebut Lubuk Putih. Wisata tersebut baru dikelolah oleh dirinya bersama anak muda Desa Sleman sekitar sebulan yang lalu. Dan seiring dengan waktu, secara bertahap mereka melakukan penataan seperti membuat tempat parkir, tempat selfie, tempat santai, kamar ganti, menyiapkan perahu dan ban untuk bermain air. Lokasi tersebut kadang-kadang digunakan warga untuk berkemah, free weding dan makan bersama (bekelah). Dilokasi itu juga ada batu Labi sebesar gajah karena bentuknya seperti binatang Labi.
Untuk saat ini, lanjut Tam, yang menjadi kendala adalah jalan menuju kelokasi sepanjang 2 km berlobang dan sempit, sehingga jika kendaraan berpapasan kesulitan. Kemudian toilet permanent belum ada sehingga warga kesulitan untuk buang air kecil maupun besar. Oleh karena itu, pihaknya berharap ada bantuan dari Pemerintah maupun perusahaan untuk jalan dan toilet tersebut serta fasilitas lain. Selain itu, dibelakang Lubuk Putih ini ada juga air terjun Apah yang berasal dari sungai Apah, jika berjalan memakan waktu sekitar 30 menit. Hampir setiap hari ramai dikunjungi masyarakat, namun yang paling ramai adalah hari Sabtu dan Minggu serta libur nasional.
"Jika ini maju, mungkin bisa Bumdes atau Karang Taruna yang mengelolanya, biar desa maju dan masyarakat terutama anak muda bisa bekerja sebagai gaet, keamanan, penyewaan, berjualan souvenir dan lain-lain," pungkas pengawai Dinas Kelurahan Pasar Muaraenim ini.