Menyusuri Jejak Peradaban Sriwijaya Dari Sastra Tutur Uluan
Minggu, 24 Mar 2024 20:20 | 444
Foto(ist): Diskusi dan penampilan mastro sastra tutur lahan basah sungai Musi
Lentera-PENDIDIKAN.com,PALEMBANG-Sastra tutur uluan dinilai menjadi titik balik untuk menelusuri sejarah tingginya peradaban Sriwijaya. Wilayah uluan yang basah dan rentan banjir serta kaya dengan kebudayaan sastra bertutur memberi pemahaman bahwa wilayah hulu musi adalah penopang utama peradaban yang luhur dengan pekerti yang sangat tinggi.
Hal itu terungkap dalam diskusi dan penampilan mastro sastra tutur lahan basah Sungai Musi bersama penyalir muda Sumatera Selatan, memaknai pesan luru puisi-puisi lahan basah sungai Musi yang digelar di kopi mimbar Palembang, minggu (24/3/2024). Acara yang digelar oleh Teater Potlot dan perahu kajang, di danai oleh Kemenristek Ri, Dana Indonesiana, dan LPDP itu menghadirkan narasumber dosen Universitas PGRI, M. Nasir dan empat orang praktisi sastra tutur dari Sumatera selatan.
"Incang-incang adalah sastra tutur dari pedamaran yang harus terus di lestarikan. Incang-incang ini di tembangkan saat sedang menganyam purun," kata Nasir.
Dia menjelaskan, meski saat ini incang-incang masih bertahan namun sudah mulai terpinggirkan karena harga purun juga sangat rendah dan sudah banyak yang meninggalkannya. Begitu juga sastra meribang, yang di senandungkan saat dalam perjalanan menuju ke tempat menyadap karet.
"Meski maribang masih banyak penuturnya, tetapi suatu saat akan habis. Karena itu sastra ini harus tetap dijaga," jelas dia.
Senada dikatakan pengurus Teater Potlot, Taufik Wijaya. Menurut dia, program ini merupakan tindak lanjut dari program-program sebelumnya yang merupakan jejak tingginya peradaban Sriwijaya. Wilayah ulu sungai Musi yang basah adalah penopang utama peradaban Sriwijaya yang besar. Karena beberapa wilayah, seperti muara penimbung yang identik dengan ahli perkayuan dan pertukangan, dan wilayah muara batu yang identik dengan keahlian blacksmith atau tukang besinya.
"Sejak masuknya penjajah terjadi dikotomi pemahaman. Dan wilayah ulu seakan terkucilkan, dan dianggap sebagai orang kurang berbudaya. Padahal, hulu musi adalah orang-orang tangguh dan berbudaya tinggi," jelas dia.
Lewat program ini, tambah Taufik Wijaya, rencananya akan dibuatkan 10 video art dengan menghadirkan puisi-puisi dari gen z. Sastra tutur dengan memaknai pesan luhur puisi lahan basah diharapkan dapat menjadi jejak-jejak tingginya peradaban Sriwijaya yang sastranya bergantung pada alam.