Disposal Tanah PT BAS Diduga Cemari Sungai Enim

Foto(Reza): Masyarakat Desa Keban Agung keluhkan adanya dugaan limbah tanah Disposal dari tambang batubara milik PT Bara Anugerah Sejahtera (BAS) yang mengalir ke Sungai Enim.
Lentera-PENDIDIKAN.com,MUARA ENIM-Masyarakat Desa Keban Agung keluhkan adanya dugaan limbah tanah Disposal dari tambang batubara milik PT Bara Anugerah Sejahtera (BAS) yang mengalir ke Sungai Enim. Pasalnya, akibat tanah disposal tersebut selain membuat Sungai Enim keruh dan berlumpur serta gatal-gatal bila digunakan untuk mandi di Desa Keban Agung, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Rabu (13/1/2021).
Menurut Kepala Desa Keban Agung Fajrol Bahri, membenarkan adanya laporan dari warganya terhadap adanya dugaan pencemaran limbah tanah Disposal dari PT BAS yang mencemari aliran Sungai Enim di Desa Keban Agung. Dan masyarakat, meminta untuk ditindak lanjuti dengan serius serta memfasilitasi komunikasi antara warga desa Keban Agung dengan pihak manajemen PT BAS terkait adanya dugaan limbah tanah Disposal yang telah mencemari aliran sungai Enim.
" Ya benar pak, kita bersama Kapolsek dan Camat telah meninjau langsung laporan keluhan masyarakat Desa Keban Agung terhadap adanya dugaan pencemaran limbah tanah Disposal dari PT BAS," ujarnya.
Masih dikatakan Fajrol, pencemaran tanah Disposal tersebut berasal dari PT BAS melalui aliran air sungai Hesik, sungai Owal dan sungai Tilam lalu mengaliri ke sungai Enim sehingga sangat meresahkan warga, karena aliran Sungai Enim tersebut digunakan masyarakat sebagai kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, warganya meminta agar PT BAS agar bertanggung jawab atas pencemaran aliran sungai Enim tersebut dan memberikan kompensasi karena sejauh ini dinilai tidak ada sama sekali kontribusi PT BAS tersebut kepada masyarakat desa Keban Agung.
Sementara itu Sapriadi (39) salah satu warga Desa Keban Agung mengatakan, masyarakat desanya sangat mengeluh dengan adanya limbah Disposal dari PT BAS tersebut. Sebab kalau kami mandi di Sungai Enim ini badan kami langsung gatal-gatal semua dan air Sungai berwarna Coklat dan keruh akibat lumpur yang masuk Sungai Enim dari PT BAS.
"Airnya keruh dan jika mandi gatal-gatal. Padahal Sungai Enim tempat kami mandi dan mencuci serta sumber air bersih," pungkasnya dengan nada kesal.
Hal senada dikatakan Wakil Ketua Lembaga Persatuan Masyarakat Desa (LPMD) Hasdiansyah, bahwa PT BAS beroperasi di wilayah Desa Keban Agung sekitar tahun 2012 sampai sekarang. Selama itu, belum ada permasalahan lingkungan, baru pada akhir tahun 2020 mulai ada permasalahan lingkungan akibat tanah Disposal PT BAS seperti tanah longsor akibat tendangan air dari anak Sungai Uwal sehingga rumah warga dusun I terancam longsor ke Sungai Enim. Selain itu, lumpur yang mengenangi Sungai Enim nerasal dari anak sungai Resik dan Tilam sehingga menimbulkan pulau-pulau di Sungai Enim.
"Dulu dusun I itu, berada sekitar 20 meter dari Sungai Enim namun sekarang tinggal sekitar empat meteran lagi dari pinggir Sungai Enim," jelasnya.
Kemudian ada beberapa tuntutan warga Desa lanjut Hasdiansyah, yakni minta dibangunkan 10 sumur untuk warga yang tinggal dekat limbah, tanah longsor bisa dilakukan di dam, ketenagkerjaan dan CSR prioritas, penghijauan didaerah BAS.
Sementara itu perwakilan PT BAS Yudi mengatakan bahwa pihak yang sudah mencatat semua keluhan masyarakat dan akan di laporkan ke manegemen pusat tindak lanjut kedepanya.
" Kalau kontribusi kita selama ini sudah ada pak kepada masyarakat, bahkan setiap bulan kepada masyarakat kita beri di Desa Keban Agung, secara rincian nya saya tidak tahu, karena bukan bagian saya pak, " Tutupnya singkat.
Penulis : Reza Pahlawan
Editor : Muhlis,ST
Tag : Muara Enim