Lentera-PENDIDIKAN.com, JAKARTA- salah satu penyebab rendahnya tingkat literasi Indonesia, karena guru malas membaca. Hal itu dikatakan Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan salim, seperti dikutip dari Tempo.co.
"Guru-gurunya sendiri malas membaca, jadi bagaimana bisa dipraktikkan siswa," kata Satriwan di kantor Lembaga Bantuan Hukum, Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut dia, Indonesia menempati peringkat rendah dalam Program Penilaian Pelajar Internasional (Program for International Student Assessment/PISA). Dari 69 negara, pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika masih menempati peringkat 62, 61, dan 63. Satriwan menuturkan kurangnya fasilitas buku menjadi penyebab pengajar malas membaca. Akibatnya, hal itu menjadi contoh buruk bagi para siswa. Akses literasi guru dan siswa jauh dari sempurna.
"Kurang program literasi untuk guru dan fasilitas buku berkualitas," ucapnya.
Konten buku pelajaran yang tidak berkualitas juga masih jadi penyebab anjloknya pendidikan di Indonesia. Buku pelajaran beberapa kali kecolongan konten yang melenceng, seperti konten berbau lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) atau radikalisme. "Artinya, kinerja dari Pusat Kurikulum Perbukuan belum maksimal sehingga buku-buku seperti itu bisa lolos," kata Satriwan.
Untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut, FSGI merekomendasikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggalakkan program literasi bagi para guru. Kementerian juga diminta memfasilitasi buku-buku berkualitas untuk para guru dan murid. Sedangkan terkait dengan permasalahan konten buku, FSGI meminta Kementerian lebih memperketat pengawasan terhadap konten buku pelajaran. Sehingga buku yang diedarkan kepada para siswa memiliki isi yang berkualitas tanpa konten kekerasan, pornografi, dan radikalisasi.