Foto(Yanti): Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggelar acara Sosialisasi Kebijakan Perlindungan Anak Korban Stigmatisasi dan Jaringan Terorisme di Sumsel digelar di Hotel Grand Zuri, Rabu (28/11/2018).
Lentera-PENDIDIKAN.com, PALEMBANG-Anak-anak dan remaja dinilai lebih rentan terpapar paham radikalisme. Karena itu, lingkungan sekolah dan keluarga harus menjadi tameng utama untuk menahan masuknya paham radikalisme pada mereka. Hal itu terungkap dalam acara Sosialisasi Kebijakan Perlindungan Anak Korban Stigmatisasi dan Jaringan Terorisme di Sumsel digelar di Hotel Grand Zuri, Rabu (28/11/2018).
Asisten Deputi Perlindungan Anak Berhadapan dengan Hukum dan Stagmatisasi Hasan SH mengatakan, melalui kegiatan pihaknya ingin mengingatkan semua pihak terutama Pemda, kalau isu radikalisme dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
"Masalah terorisme perlu dicegah. Karema anak-anak lebih rentan dipengaruhi orang lain, teman dan guru. Anak-anak itu lebih rentan terpapar paham radikal. Ini tentu membahayakan anak, " ujarnya.
lanjut Hasan, perlu kerjasama seluruh pihak terkait untuk melindungi anak -anak dari radikalisme. Bahkan, pihaknya akan mendukung Pemda dalam membuat Perda yang mengantisipasi paham radikalisme.
"Saya mendapat informasi kalau anak-anak itu dari guru agama, terutama yang di pondok pesantren. Harusnya Pemda membuat pemetaan sekolah atau pesantren yang sudah terpapar paham radikalisme. Ini perlu diantisipasi. Karena sekolah atau pesantren itu tempat untuk mengajarkan budi pekerti dan pengetahuan, " katanya.
Menurutnya, anak-anak itu harus dilindungi dari berbagai kekerasan, dan informasi yang berbau kekerasan.
"Karena apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya itu yang membuat anak-anak ingin melakukannya. Jadi informasi yang berbau kekerasan jangan diinformasikan kepada anak, " imbuhnya.
Disinggung faktor yang mempengaruhi terorime, Hasan mengungkapkan, itu terjadi karena banyak faktor diantaranya faktor ideologi, politik, ekonomi, perbedaan pahaman kelompok masyarakat dan lainnya.
"Sebagai contoh, pelaku terorisme ini ingin mengubah ideologi negara Pancasila karena mereka menilai masih ada kemiskinan dan ketimpangan di masyarakat, " tandasnya.
Penulis : Yanti Effendi,S.Kom Editor : Muhammad Uzair