Manfaatkan Cagar Budaya Untuk Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kamis, 11 Feb 2021 17:25 | 822
Foto(Yanti): webinar bertema Menggali Potensi Kearipan Lokal dan Penyelamatan Cagar Budaya Menuju Indonesia Maju Tahun 2045
Lentera-PENDIDIKAN.com,PALEMBANG-Forum Pariwisata dan Budaya (Forwida) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) bekerjasama dengan Universitas Terbuka (UT) Palembang menggelar webinar: Menggali Potensi Kearipan Lokal dan Penyelamatan Cagar Budaya Menuju Indonesia Maju Tahun 2045, Kamis (11/2/2021). Secara offline acara dilaksanakan di kampus UT Palembang.
Acara dibuka oleh Gubernur Sumsel H Herman Deru di Wakili Asisten I Bidang Pemerintahan & Kesejahteraan Rakyat, Drs. H. Edward Chandra, M.H . Selain itu sebelum acara dimulai dilakukan MoU antara UT Palembang dan Forwida. Acara dipandu oleh Dr L.R Retno Susanti Mhum.
Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama Raden Muhammad (RM) Fauwaz Diradja SH MKn saat berbicara sebagai narasumber melihat upaya merevitalisasi bangunan bersejarah yang berada di jantung pusat Kota Palembang itu bakal mampu mendongkrak (PAD), baik dari sektor kunjungan pariwisata, penjualan hasil cendera mata kebudayaan, kuliner. Termasuk meningkatkan kesejahteraan pecinta budaya di Palembang.
“Terlebih, sebagai akibat pelestarian warisan budaya di Palembang yang salah satunya BKB antara lain terbentuk karakter masyarakat yang baik dan berdaya guna serta mencintai dan melestarikan budaya, timbul rasa cinta tanah air dan bela negara, karena meyakini bahwa sebagai generasi sekarang harus meneruskan perjuangan leluhunya yang selalu berjuang dalam membela kepentingan negara. Serta terawatnya benda-benda peninggalan leluhur dan memahami arti peninggalan leluhur yang akan bermanfaat bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan tetap melestarikan kearifan lokal,” kata SMB IV.
Selain BKB urai SMB IV yang kesehariannya berprofesi sebagai notaris ini, warisan budaya lainnya yang punya wujud fisik atau tangible antara lain Masjid Agung, Bukit Seguntang, Rumah Limas, Prasasti-prasasti seperti Talang Tuo, Telaga Batu Kedukan Bukit, Makam-Makam dan ukiran kayu Palembang.
“Sementara warisan budaya yang tidak berbentuk, non material atau intangible di antaranya Bahasa Palembang, syair, pembuatan songket, upacara tradisi, seni tari dan tulisan Arab Melayu. Warisan-warisan budaya ini juga perlu kita lestarikan, dengan menghidupkan budaya tulis dan baca Arab Melayu sebagai simbol Melayu Palembang, atau juga menjadikan Bahasa Palembang muatan lokal di Kota Palembang,” katanya.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr Restu Gunawan Mhum mengatakan, kedepan perlu ada perubahan paradigma kebudayaan yaitu kebudayaan adalah investasi, kebudayaan adalah kesenian dan kesenian bagian dari kebudayaan , kebudayaan adalah masa lalu, masa kini dan masa depan dan offensif menyerang.
Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal Sarkomi mengajak untuk bersama-sama memajukan kebudayaan mulai melakukan perlindungan , memanfaatan hingga pengembangan menjadi aset yang berharga dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dr Dadang Hikmah Purnama MHum selaku Ketua Program Studi S2 Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sriwijaya (Unsri),mengatakan, dalam pengembangan kearipan lokal dalam pembangunan berkelanjutan perlu adanya pembangunan yang partisipatif, universal, emansipatif, dan menjaga keharmonisan lingkungan-sosial-ekonomi, dinamis dan fleksibel dengan situasi global.
“Setiap daerah memiliki kesempatan untuk dapat membangun menurut karakteristik lingkungan-sosial-ekonomi dalam ruang kultural masing-masing,” katanya.
Sinergi kearifan lokal dan nilai-nilai modernisasi yang mendorong kepada pembangunan berkelanjutan dengan saling menghormati dan saling mengakui. Nilai-nilai kearifan lokal dijadikan motor penggerak pembangunan berkelanjutan melalui reaktualisasi, revitalisasi, dan transformasi budaya. Dikotomi antara tradisional dan modern sehingga terjadi hubungan yang dominatif dan proses penjinakan.
“Tradisi lebih dilihat sebagai masalah untuk dipecahkan dan Dekontekstualisasi nilai-nilai kearifan lokal ,” katanya.
Nara sumber lain, Dr Shine Pintor Siolemba Patiro ST MM, Dosen Fakultas Ekonomi UT Palembang mengatakan, pedoman pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal yang diadaptasi dari Chuaybamrung (2011) adalah menganalisis informasi dasar dalam konteks lokal seperti penduduk, pekerjaan, pendapatan, pendidikan, menganalisis komunitas dan masyarakat di daerah yang akan dikembangkan dengan evaluasi berdasarkan: (1) Unit sosial: menganalisis masyarakat dan status serta peran masing-masing komponen. (2) Kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan: menganalisis lembaga atau organisasi kemasyarakatan di daerah itu beserta potensi yang dimiliki setiap organisasi
Lalu menganalisis kearifan / sumberdaya lokal dan situasinya di kawasan yang akan dikembangkan untuk melihat kearifan / sumberdaya lokal yang tersedia dan situasinya, menganalisis masalah dan potensi daerah untuk melihat kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman untuk memahami daerah yang bermasalah dan potensi daerah tersebut untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dan menganalisis peluang pengembangan kawasan yang akan dikembangkan untuk melihat peluang yang tersedia untuk pengembangan, kearifan / sumber daya lokal yang harus dikembangkan dan teknik yang harus digunakan untuk pembangunan yang akan datang.
Ketua Panitia Rodi Herawan SE MM tujuan webinar ini ingin membangkitkan kearipan lokal yang ada di Sumsel.
“ Dengan tema tersebut , peserta yang sudah terdaftar terakhir 782 yang teregistrasi dan akan ada penambahan dari siaran langsung Youtube baik dari Belanda, Malaysia , Brunai Darussalam dan Singapura,” katanya.
Direktur UT Palembang Dr Meita Istianda SIP Msi kebanggaan UT Palembang menjadi bagian dari Forum Pariwisata dan Budaya Sumatera Selatan, karena forum ini yang berisi berbagai unsur dari akademisi , berbagai praktisi yang konsen kepada kebudayaan, arkeolog, antropolog, sejarawan, Ketua Dewan Pembina Adat, stekholder daerah, memperlihatkan persepsi yang sama yang ingin menempatkan kearipan lokal yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia sebagai bagian pembentukan karakter itu sendiri.
“ UT sangat terbuka sekali dalam melakukan penelitian-penelitian, pengabdian-pengabdian masyarakat dalam konteks kearipan lokal dan pemeliharaan cagar budaya,” katanya sembari menyatakan menyambut acara ini dengan antusias dan berterima kasih kepada semua pihak.
Ketua Umum Forwida Sumsel Dr Ir Diah Kusuma Pratiwi MT berharap dengan webinar ini , masyarakat terutama anak-anak muda mulai memperhatikan dan bangga akan kearipan lokal dan bangsa sebagai bangsa Indonesia yang luhur.
"Karena itu peninggalan sejarah cagar budaya harus di jaga dengan baik, walaupun masih banyak benda dan tempat bersejarah belum ditetapkan sebagai cagar budayasedangkan yang sudah ditetapkan cagar budaya memerlukan perhatian kita semua agar tidak rusak," pungkasnya .