Terkadang kita latah menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari, bahkan lupa bahwa kata yang kita ucapkan tidak sesuai dengan EYD. Misalkan kata Gedget yang sering di ucapkat “gejet”. Atau download yang sering disebut “donlot”. Padahal dalam kamus besar bahasa Indonesia, gejet itu adalah dawai, sedangkan donlot adalah unduh.
Akibatnya, ketika dibuat dalam bentuk tulisan cukup membingungkan, bahasa inggris atau bahasa daerah dalam bentuk ucapan, atau perpaduan keduanya. Demikian juga kata “zero” dan “Conflict”. Dua kata ini berarti tanpa konflik atau nol konflik. Banyak tulisan yang muncul adalah zero konflik, perpaduan antara Inggris-Indonesia. Media massa sering kali di “fitnah” sebagai tukang “kacau” bahasa yang mempopulerkan istilah yang “tren” di masyarakat. Bukan bermaksud membela, kacaunya penggunaan ini juga gara-gara banyaknya blog-blog dunia yang menggunakan istilah asing, hasil “copas” dari google terjemahan.
Kembali ke zero conflict, terlepas dari istilah intinya kita berbangga bahwa provinsi Sumatera Selatan nyaris tanpa “persoalan” keributan sosial. Banyak yang ribut mulut, tapi tidak sampai terjadi kerusuhan yang melibatkan banyak masyarakat.
Sebagai warga Sumsel, seharusnya kita semua mendukung berbagai program dan terobosan dari pemimpin yang berprestasi dan mampu membawa tingkat sosial masyarakat menjadi lebih baik. Mungkin sebagian merasa di rugikan, tapi sebagian besar lainnya merasakan perubahan yang baik dengan meningkatkan perekonomian, lancarnya transportasi, bahkan tingkat keamanan yang baik.
Bukankah masih banyak aksi demonstrasi, kriminalitas, bahkan konflik lahan di Sumsel? Jawabannya akan tetap ada. Pun baru-baru ini peristiwa pengerusakan kapel atau gereja kecil di Kabupaten Ogan Ilir termasuk salah satu yang berbau SARA. Entah apa persoalan dibaliknya, namun tetap menjadi catatan kecil dalam komunitas terbesar di negeri kita. Menjelang Pilkada serentak dan Asian Games yang dapat membangakan negeri Sumsel, mari kita jaga bersama. Mari pula mempertahankan keutuhan persatuan dan persaudaraan lewat Zero Conflict. (Muhammad Uzair)