Percaya dalam kamus bahasa indonesia diartikan, mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata. Meski kata percaya tidak harus identik dengan hal-hal gaib yang berhubungan dengan keimanan. Banyak diksi dengan kata percaya, tetapi intinya kepercayaan akan selalu berhubungan dengan apa, siapa, dan bagaimana. Apa, yakni segala perbuatan dan tingkah laku. Siapa, berhubungan dengan orang atau pelaku. Sedangkan bagaimana adalah cara atau metode yang digunakan.
Banyak orang yang mendapatkan temuan atau penemuan dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, politik, bahkan terkait penemuan supranatural. Bisa jadi nama seseorang itu menjadi legenda terkait temuannya, bahkan diakui oleh komunitasnya.
Sayang, tidak seluruh dunia mengakui temuannya. Lantaran, si penemu bukan lulusan perguruan tinggi. Metode atau cara yang dilakukannya diluar dari kesepakatan ilmiah, bahkan kredibilitas si penemu juga sangat tidak meyakinkan.
Dalam dunia pendidikan, semua sepakat bahwa metode atau cara yang digunakan harus ilmiah dan dipahami secara global. Misalkan HAMKA. Beliau adalah seorang ulama,tulisannya bisa dikatakan sistematis dan ilmiah namun beliau sendiri tidak dapat dikatakan akademisi murni. Dan lebih dikenal sebagai seorang ulama, budayawan, dan sastrawan.
Pada tingkatan lokal, Almarhum Djohan Hanafiah lebih dikenal sebagai seorang budayawan meski beliau cukup banyak mengungkap berbagai sejarah peradaban kerajaan Sriwijaya dan Palembang Darussalam. Bukan hanya teori, tetapi bukti-bukti kongkret peninggalan era tersebut.
Beralih pada kepercayaan,kita masyarakat secara luas sudah dapat berinteraksi dengan seluruh kawan, kenalan, bahkan pacar dari dunia maya. Awalnya hal tersebut dianggap biasa selayaknya bermain game online, yang menawarkan kesenangan tanpa tujuan tertentu.
Kini mainset tersebut harus dirubah, sebab ketika kita terhubung dengan media sosial maka segala perbuatan, tingkah laku, posting, bahkan hal-hal yang berbau kriminalitas pun akan mendapat sorotan. Efeknya, hukum bagi pelaku dapat turut berlaku meski dalam dunia maya.
Bagaimana dengan berita hoax? Ini sangat berhubungan erat dengan tingkat kepercayaan para pembaca dan penikmat berita. Mungkin sebagian orang menganggap hal tersebut biasa, tapi berbeda jika orang yang menjadi objek tersebut kemudian merasa dirugikan atas pemberitaan tersebut. Efeknya bukan hanya dirasakannya di media sosial, tetapi juga dalam dunia nyata.
Mari lebih realistis berfikir, saatnya memahami bahwa dunia maya adalah dunia nyata. (Muhammad Uzair)