Sepekan menjelang pelaksanaan pilkada serentak di Provinsi Sumatera Selatan, masing-masing calon Gubernur-Wakil Gubernur, Wali Kota-Wakil Wali Kota, dan Bupati-Wakil Bupati, berjuang keras untuk mendapatkan simpatik dari para pemilih.
Masing-masing calon kini kian berani, mengklaim kemenangan lewat hasil Lembaga survey, yang dilakukan para professional. Walaupun survey tersebut hanya terdiri atas angka-angka, dan dilakukan dalam waktu 5-10 hari saja.
Mungkin bagi para akademisi, hasil survey tersebut adalah hal biasa dan tidak bisa menjadi tolok ukur kemenangan salah satu calon tertentu. Namun, berbeda dengan masyarakat luas. Klaim hasil survey seakan-akan merupakan sebuah tanda besar bagi kemenangan calon kepala daerah yang mereka dukung.
Semakin tinggi elektabilitas hasil survey, semakin tinggi pula emosi para pendukung untuk mengklaim kemenangan calon mereka. Emosi inilah yang dimanfaatkan para tim sukses paslon, agar para calon pemilih mereka semakin militan dan kuat untuk mendukung dan memenangkan calonnya.
Gerakan-gerakan masiv yang melibatkan seluruh unsur masyarakat, yang diberi bumbu manis oleh media massa, seakan menjanjikan “syurga” dalam proses kepemimpinan salah satu calon tertentu jika menang pilkada. Upaya penggiringan opini juga melibatkan seluruh aktor-aktor politik yang memang memiliki massa yang masiv dan dapat “dikondisikan” secara penuh.
Ketegangan semakin terasa, saat penggiringan dilakukan secara maksimal. Kecurigaan pada tim sukses lawan kemudian menjadi ancaman, hingga konflik “berdarah” antar pendukung menimbulkan persoalan baru yang membuat sibuk polisi.
Ketakutan munculnya “Tsunami” politik bukan hal baru dalam teori. Para aktor dan pendukung akan melakukan upaya maksimal, bukan hanya menarik pendukung lawan untuk berbalik memilik calon kepala daerah yang mereka dukung, tetapi juga tidak segan melakukan “pembunuhan karakter” dan kampanye hitam agar pemilih berbalik mendukung.
Doa dan gerakan untuk kemenangan salah satu calon kepala daerah, tidak hanya dilakukan secara badaniah. Nilai kepercayaan dan keyakinan serta agama, terlibat secara langsung. Banyak istilah aneh yang kemudian muncul, gara-gara Tsunami politik. Seperti ilmu putar giling, yang mampu merubah sikap pemilih untuk memilih calon yang sebelumnya tidak akan menjadi pilihan mereka.
Namun, di balik rencana, gerakan, dan upaya maksimal kita untuk memenangkan calon kepala daerah. Semua ketentuan dan nasib ada di tangan Allah SWT. Mari tentukan pilihan, untuk kesejahteraan Bersama. (Muhammad Uzair)