Petani dan Pengepul Duku Keluhkan Harga Duku Anjlok
Senin, 18 Mar 2024 14:35 | 549
Foto(Reza): Pengepul buah-buahan
Lentera-PENDIDIKAN.com,MUARA ENIM-Sebagian besar petani dan pengepul duku di wilayah Kabupaten Muara Enim keluhkan harga duku anjlok. Pasalnya, salah satu penyebabnya adalah buah duku masaknya serentak.
"Saat ini, buah duku mulai banjir, yang nak jual banyak yang nak beli sedikit, otomatis hargonyo anjlok," ujar salah seorang pengepul buah-buahan Andi Chandra SE dari Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim ini, Senin (18/3/2024).
Menurut Andi, sekitar sebulan yang lalu harga jual buah duku masih cukup menjanjikan sekitar Rp 15 ribu/kg - Rp 10 ribu/kg sebab belum semua petani duku yang buahnya masak. Namun saat ini, hampir sebagian besar duku buahnya sudah masak dan bukan saja di wilayah Kabupaten Muara Enim, tetapi hampir seluruh diwilayah Sumsel, Jambi, bahkan di Jawa. Akibat hampir serentaknya buah duku yang masak tersebut membuat harga duku anjlok karena hampir di semua daerah yang ada buah dukunya panen juga.
"Kalau dulu, masaknya tidak serentak seperti bergilir, sehingga daerah yang panen bisa memasok daerah yang belum panen begitu juga sebaliknya. Namun sekarang seluruh daerah panen, jadi mereka bisa memasok daerahnya sendiri saja tidak lagi membeli dari daerah lain," pungkasnya.
Akibat banjirnya buah duku tersebut, lanjut Andi, banyak para petani yang enggan melakukan panen sebab memerlukan biaya dan tenaga dan memilih hanya untuk makan sendiri atau membiarkannya masak di pohon saja. Dan diperkirakan sekitar pertengahan bulan puasa adalah puncak masaknya buah duku dan benar-benar banjir. Saat ini, saja banyak teman-temannya sesama pengepul yang terpaksa menanggung kerugian akibat tidak tertampungnya buah duku di pasar daerah Jawa, sebab sifat buah duku jika sudah dipeti serta dibawa ke pulau Jawa paling lama 1 x 24 jam sudah harus bongkar, sebab kalau tidak akan mempengaruhi kualitas buah duku seperti busuk.
"Kalau saya kebetulan punya beberapa lapak sendiri di Jawa, jadi kita bisa jual eceran sendiri secara langsung tidak tergantung pembeli seperti di pasar Induk Jakarta," ujarnya.
Hal senada dikatakan salah satu petani duku Wawan (38) warga Muara Enim, bahwa beberapa tahun sebelumnya buah-buahan dikebunnya hampir tidak yang berbuah, kalaupun ada hanya sedikit sehingga dan sudah habis oleh binatang seperti monyet, tupai, burung dan sebagainya. Dan baru tahun ini semuanya berbuah, namun ternyata sepertinya serentak dengan para petani duku lainnya sehingga harganya murah dan ia memilih hanya untuk makan sendiri saja dan dibagikan ke tetangga dan kerabat saja.
"Saat ini, harganya sekitar Rp 5 ribu/kg - Rp 3 ribu/kg. Kalau kita panennya upahan bisa rugi. Jadi kita panen sendiri dan makan sendiri saja," ujarnya.