Tolak Raqan, Penyiaran Aceh Sejumlah Radio Berhenti Siaran
Rabu, 8 Nov 2023 22:20 | 366
Foto(ist): Ilustrasi
Lentera-PENDIDIKAN.com,ACEH-Sejumlah lembaga penyiaran radio di Aceh menyatakan akan berhenti mengudara pada Kamis (9/11/2023) sebagai bentuk protes terhadap Rancangan Qanun Penyiaran Aceh yang dianggap memberatkan lembaga penyiaran.
CEO Radio Antero, Uzair mengatakan saat ini sebanyak 21 Radio di seluruh Aceh telah menyatakan bahwa akan melakukan protes dengan berhenti mengudara untuk sehari sebagai bentuk penolakan dan jumlah radio ini memungkinkan akan bertambah.
"Kamis besok akan dilakukan Rapat Dengar Pendapat Umum Dewan Perwakilan Rakyat Aceh terkait rancangan Qanun Penyiaran Aceh, "dimana Pasal 16 sampai 18 dari peraturan daerah ini kami anggap sangat memberatkan dan tidak ada urgensinya,” ujarnya saat dikonfirmasi Rabu (8/11/2023).
Menurutnya pasal-pasal harus ditinjau ulang karena sebagian yang disebutkan dalam pasal tersebut sudah tercantum dalam UU Penyiaran. Sementara kajian soal daftar inventaris masalah belum cukup komprehensif dilakukan.
“Nah jika ada kajian yang menemukan urgensi baru dibutuhkan qanun. Tapi itu kita juga lihat dalam pasal dimana sejumlah kewajiban produksi yang belum jelas anggaran siapa yang tanggung sedangkan kondisi radio saat ini sedang tidak stabil,” paparnya.
Adapun List radio yang akan off siaran Kamis 9 November 2023 yaitu :
1. Antero FM Banda Aceh 2. Panglima Polem FM Aceh Besar 3. Lima 7 FM Aceh Besar 4. Three FM Banda Aceh 5. Kluetezz FM Aceh Selatan 6. Dalka FM Meulaboh 7. Fatali FM Aceh Barat Daya 8. Radio Xtra FM Aceh Singkil 9. Megaphone FM Sigli 10. Hidayah FM 11. Urban FM Aceh Besar 12. Toss FM Banda Aceh 13. Muna FM Subulussalam 14. Nikoya FM Banda Aceh 15. Mutiara FM Pidie 16. ASFM Sigli 17. Radio KIS FM Aceh Besar 18. Radio SLA FM Takengon 19. Kontiki FM Banda Aceh 20. Djati FM Banda Aceh 21. Amanda FM Takengon
Jumlah ini diperkirakan terus bertambah.
Sementara itu owner Three FM Wira Dharma menyebutkan bahwa radio memiliki segmentasi pendengar yang berbeda sehingga kalau konten siaran diseragamkan tidak akan menarik lagi.
"Justru kalau konten program sejenis akan menciptakan persaingan tidak sehat", ungkap Wira.
Lembaga penyiaran radio di Aceh yang menolak Raqan Penyiaran Aceh ini akan melakukan langkah advokasi secara hukum. Penasehat hukum dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) Safaruddin SH telah menyatakan kesediaannya untuk memberikan pendampingan.
Qanun yang merupakan peraturan daerah di Aceh didasarkan pada kekhususan dalam UUPA (Undang-undang Pemerintah Aceh). Dalam pasal 153 UUPA disebutkan pemerintah Aceh memiliki hak untuk mengatur pers dan penyiaran yang islami. Hal ini menjadi kontroversi dan mendapat sorotan banyak pihak. Menurut Safaruddin jika rancangan Qanun Penyiaran Aceh ini dikaitkan dengan pasal tersebut tidak ada korelasinya.(rilis)