UNJ ikut Memperkokoh Bahasa Daerah Untuk Indonesia Emas
Minggu, 27 Okt 2024 12:05 | 319
Foto(ist): Festival Tunas Bahasa Ibu Jenjan SD dan SMP 2024
Lentera-PENDIDIKAN.com,TOBELO-Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang membantah bahwa Indonesia itu negara paling kaya di dunia. Tidak hanya kaya sumber daya alam saja tetapi juga kaya akan budaya, bayangkan Indonesia memiliki 718 bahasa daerah menduduki posisi kedua setelah Papua Nugini.
Akankah bahasa daerah bertahan di era global. Fenomena yang ada seperti bahasa Tobelo hanya dikuasi oleh generasi yang berusia 50 tahun ke atas. Demikian pertanyaan Prof. Dr. Endry Boeriswati seorang guru besar Linguistik dari Universitas Negeri Jakarta saat mendampingi Hertje Manuel, S.Pd.MM. selaku Kepala Dinas Pendidikan Kab Halmahera Utara pada kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu yang diselenggarakan Masyarakat Adat Hibualamo dan Balai Bahasa di Tobelo Halmahera Utara.
Kadis Pendidikan ini berpesan agar dunia pendidikan menjadi pelopor pelestari bahasa daerah khususnya Tobelo sebagai pelajaran muatan lokal (MULOK) di sekolah dan diperkuat dengan kegiatan festival seperti ini yang bekerja sama dengan kantor Balai Bahasa Maluku Utara. Sambil menyaksikan siswa bercerita, berpusi, berdendang dalam bahasa Tobelo dalam semangat Sumpah Pemuda.
Pelestarian bahasa dan budaya menjadi bagian visi Program Studi Doktor Linguitik Terapan UNJ di bawah kepemimpinan Endry Boeriswati, yaitu transformational dan sustainable bidang Linguistik di era global. Bertransformasi adalah menyesuaikan dengan perkembangan teknologi digital dan sustainable adalah menyadarkan generasi Z bahasa Indonesia memiliki kekayaan bahasa dab budaya yang perlu dilestarikan. Dalam rangka hal itu tim peneliti UNJ bermitra dengan Lembaga Adat Hibualamo di Tobelo yang diketuai oleh Yesaya Banari yang berkeinginan menemukan pola penguatan mata pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal pada sekolah di masyarakat multilingual untuk memperkuat Indonesia menuju Generasi Emas.