Guru Harus Mampu Mengaplikasikan HOTS Dalam Pelajaran Matematika
Rabu, 11 Jul 2018 16:10 | 2903
Foto(Redaksi): Guru Besar Matematika Unsri, Prof. DR.H.Zulkardi, MI Komp, M.Sc.
Lentera-PENDIDIKAN.com,PALEMBANG-Masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami pelajaran matematika, lantaran belum terbiasanya para siswa menggunakan higher order thinking skills (HOTS), sehingga soal-soal Ujian Nasional (UN) dinilai terlalu sulit. Hal itu dikatakan Guru besar matematika dari UNSRI, Prof. Zulkardi kepada lenterapendidikan.com, di sela acara pelatihan dan pengembangan PCL lewat LSLC bagi guru matematika, yang berlangsung di meeting room SMP Negeri 1 Palembang, rabu (11/7/2018).
“HOTS ini sudah wajib dilaksanakan, namun aplikasinya belum teraplikasi dengan baik di sekolah-sekolah. Akibatnya, saat Ujian Nasional para siswa protes karena soal-soal HOTS banyak yang masuk dalam UN,” tegas Zulkardi.
Dia menegaskan, HOTS atau kemampuan berfikir tingkat tinggi harusnya sudah diaplikasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah-sekolah. Demikian juga mata pelajaran matematika, bukan sekedar menggunakan rumus tetapi teraplikasi dalam cara berfikir tingkat tinggi.
“Kementrian Pendidikan akan terus meningkatkan penggunaan soal-soal HOTS dalam ujian nasional. Jadi, tidak ada yang salah dengan kurikulum, yang salah itu lantaran sekolah dan guru belum menggunakannya. Akibatnya sekolah jadi tertinggal, dan murid juga seperti ketinggalan juga,” ujar dia.
HOTS sendiri sebernya ada enam tingkatan, atau level. Kebiasaan selama ini, sekolah-sekolah hanya berkutat pada level C1,C2,dan C3. Sedangkan level C4,C5,dan C6 hampir tidak tersentuh. Karena pada level 4,5,dan 6 tersebut, soal-soal HOTS lebih pada penggunaan cara berfikir tingkat lanjut. Misalnya, penggunaan kata bertanya mengapa dan Bagaimana.
“Soal HOTS pada level tersebut lebih pada analisis, artinya di tingkatan itu para siswa sudah sangat paham dengan objek masalah. Tinggal menganalisa, mana kira-kira solusi terbaik bagi masalah tersebut yang pendekatan matematika-nya lebih bisa diterima dan realistis,” tambah dia.
Contohnya, kata Zulkardi,berita tentang ongkos LRT Rp5000, dan ongkos LRT sampai Bandara Rp20.000. Ongkos LRT akan berlaku dalam tarif jauh dan dekat. Jawabannya, ongkos LRT Rp20.000 jauh-dekat jarak tempuhnya karena banyaknya koper yang diangkut penumpang, hingga menyita 2-3 tempat duduk. Sedangkan pengguna LRT non Bandara, hanya tarif jauh-dekat hanya Rp5000, karena tidak membawa koper.
“Sebenarnya sudah banyak sekolah yang mencoba pola HOTS. Semua sudah bisa menggunakannya, namun belum maksimal mengaplikasikannya, khususnya dalam pelajaran matematika,” pungkas dia.